Setiap industri pasti memiliki
peluang menghadapi risiko, begitu juga dengan industri manufaktur. Risiko yang
melekat pada perusahaan dalam kelompok industri manufaktur tidak terlepas dari
karakteristik utama kegiatan perusahaan yaitu kegiatan memperoleh sumberdaya,
mengolah sumberdaya menjadi barang jadi serta menyimpan dan mendistribusikan
barang jadi. Oleh karena itu, risiko-risiko yang melekat pada industri
manufaktur adalah sebagai berikut:
1.
Risiko sulitnya memperoleh bahan baku, yang dapat disebabkan
oleh:
2.
kelangkaan bahan baku
3.
ketergantungan yang tinggi terhadap impor atau pemasok
tertentu
4.
Risiko berfluktuasinya nilai tukar rupiah. Berfluktuasinya
nilai tukar rupiah dapat dilihat dari dua sisi yaitu:
·
Depresiasi rupiah berakibat buruk bagi perusahaan yang
penjualannya mengandalakan pasar lokal dan tergantung pada bahan baku impor.
Meningkatnya harga jual produk jadi ang melebihi daya beli masyarakat akan
berakibat menurunnya penjualan perusahaan. Pada sisi lain, depresiasi rupiah menguntungkan
perusahaan yang mengandalakan pasar ekspor dan tergantung pada bahan baku yang
pengadaanya dalam nilai tukar rupiah
·
Apresiasi rupiah pada sisi sebaliknya, berpengaruh negatif
terhadap perusahaan yang mengandalakan penjualan pada pasar ekspor.
5.
Risiko kapasitas produksi tidak terpakai (idle capacity) yang terjadi karena
kurangnya daya serap pasar terhadap produk, kompetisi, perubahan teknologi,
adanya restriksi pemerintah terhadap produksi barang tertentu
6.
risiko terjadinya pemogokan atau kerusuhan (riot) yang antara lain dapat terjadi
karena ketidakpuasan karyawan terhadap kompensasi yang diterima, kondisi
perekonomian atau kondisi politik yang tidak stabil
7.
Risiko kekakuan investasi yaitu adanya restriksi/pembatasan
pemerintah terhadap investasi pada bidang tertentu.
8.
Putusnya hak paten (patent
right) atas formula produksi bagi perusahaan yang produknya terkait erat
pada hak paten atas formula tertentu akan sangat mempengaruhi pendapatannya
9.
Risiko leverage (leverage
risk) yaitu risiko-risiko yang terkait pada kewajiban perusahaan karena
pendanaan yang berasal dari luar perusahaan (external financing)
10. Risiko
pemasaran meliputi, antara lain tak terjualnya barang jadi, kerusakan dann
kehilangan pada jalut distribusi dan pemasaran, habisnya daur hidup produk.
11. Risiko
penelitian dan pengembangan produk meliputi, antara lain biaya penelitian dan
pengembangan yang gaga menghasilkan produk baru.
12. Risiko
dampak usaha terhadap lingkungan yang tercermin dari peringkat analasis
mengenai dampak lingkungan (amdal) yang diberikan oleh Bapedaldan unjuk rasa
ketidakpuasan penduduk di lingkkungan setempat
13. Risiko
tidak tertagihnya piutang (account
receivable risk) yaitu risiko yang muncul karena rendahnya kolektabilitas
piutang. Risiko ini terkati langsung pada industri manufaktur, karena sistem
penjualan pada industri manufaktur umumnya tidak dilakukan secara tunai.
Terimakasih informasinya
BalasHapusMenurut sebuah kelompok keuangan internasional, pertanian merupakan sumber mata pencaharian utama di seluruh dunia, terutama bagi sebagian besar masyarakat miskin yang tinggal di daerah pedesaan di negara berkembang. tantangan utama bagi sebagian besar petani ini adalah akses ke keuangan. kurangnya akses ke keuangan merupakan hambatan utama bagi petani dalam meningkatkan efisiensi produksi mereka dan mengadopsi teknologi yang lebih baik. Jadi, memiliki pemahaman yang lebih baik tentang keuangan pertanian adalah hal yang sangat penting bagi petani atau orang lain yang mungkin berhubungan dengannya dalam kehidupan sehari-hari. agar setelah membaca artikel ini, kita dapat memiliki pemahaman tentang konsep keuangan dan aplikasi praktis keuangan yang penting bagi siapa saja, terutama masalah manajerial penting di bidang pertanian yang melibatkan keuangan. hubungi pedroloanss@gmail.com untuk pinjaman pertanian dan jenis pinjaman lainnya dengan tingkat 2.
BalasHapus